Refleksi
Dari Kita, Untuk Kita dan Bagi Kita
Buanglah sampah pada tempatnya!
Jagalah kebersihan! Dilarang membuang puntung rokok! Hutan lindung!
Kalimat-kalimat ini bukanlah sesuatu yang baru dan asing bagi kita. Pada
saat berjumpa dengan kalimat-kalimat seperti ini pada daerah-daerah tertentu,
apakah muncul pertanyaan dalam diri kita apa arti kalimat tersebut? Mungkin!
Tidak semua orang dapat berpikir tentang itu bahkan bisa jadi pura-pura tidak
melihat. Ini merupakan suatu kebiasaan yang sangat jelek yang sebaiknya tidak
perlu ditiru atau diikuti. Mungkin jika ditanya; mengapa anda membuang sampah
di sini atau mengapa merusak ini dan itu? Jawaban yang kita dapat adalah “maaf aku lupa atau maaf aku nggak tau.”
Barang-barang kecil seperti plastik, kertas dan tissue gampang dibawa ke mana saja demi kebutuhan kita dan menjadi
sangat gampang untuk dibuang ke mana saja sesuka hati. Dewasa ini di mana-mana
orang membutuhkan kertas dan tissue
untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok terutama di kantor,
perusahaan besar, tempat study, tempat-tempat umum bahkan di rumah-rumah.
Secarik kertas dan selembar tissue mungkin sangat kita sepelehkan
jika dilihat dari bentuknya. Anggapan-anggapan semacam ini sering
menenggelamkan kita dalam penggunaan yang salah. Entah sadar atau tidak
terkadang sering kali terjadi pemborosan kertas dan tissue. Kita sering membuang
kertas atau tissue tidak pada
tempatnya. Kita tidak menyadari apa efek perbuatan kita dan akan mengakibatka
apa? Seharusnya kita tahu bahwa kertas dan tissue yang dibuang sembarangan akan
merusak pemandangan dan merusak lingkungan.
Apabila kita perhatikan di sungai-sungai ataupun saluran-saluran air, di
mana terdapat tumpukan kertas atau plastik, di situ akan terjadi genangan air.
Semakin tebal tumpukan sampahnya, semakin beresiko juga bahaya atau bencana yang
akan terjadi terutama pada musim hujan. Padahal jika sampah dibuang pada
tempatnya, mungkin akan diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
lingkungan dan bisa jadi dipungut dan diolah kembali menjadi sesuatu yang baru
dan berguna bagi kita.
Pernahkah sejauh ini kita tergelitik dan bertanya, dari manakah
pengolahan kertas dan tissue yang
sering kita gunakan sesuka hati? Pernahkah kita mencoba menghubungkan kertas
dan tissue yang kita gunakan dengan
lingkungan hidup kita? Dari sekian banyak penduduk di Indonesia mungkin tidak banyak di
antara kita yang mengetahui bahwa dalam satu rim kertas dan satu kotak tissue, dibutuhkan minimal sebatang
pohon untuk ditebang dan diolah. Sementara untuk menumbuhkan sebatang pohon
agar diolah menjadi kertas, tissue dan
keperluan lain, membutuhkan proses dan jangka waktu yang relatif lama.
Seandainya setiap tahun konsumsi kertas semakin meningkat? Dapat kita bayangkan
berapa banyak pohon yang ditebang untuk menyokong permintaan pasar di negara
tercinta kita. Wow… jumlah pohon yang
ditebang pasti menunjukkan angka yang fantastis bila dibandingkan dengan jumlah
pohon yang siap ditebang untuk keperluan tersebut. Sadarkah kita bahwa semakin
banyak pohon ditebang, bencana akan semakin merajalela?
Terkadang bisa saja muncul pola pikir yang dapat terungkap lewat
kata-kata jika ada saran dari orang lain mengenai cara kita menggunakan kertas
yang boros atau membuang-buang kertas sesuka hati. Misalnya; “ peduli amat sih dengan lingkungan, toh nggak
ada hubungannya dengan aku! Tak ada gunanya itu!” atau sering terujar “ lho, itu bukan urusanku, itu urusan mereka!
Aku kan masih bisa beli kertas lagi kalau habis! Pake aja, habis beli lagi!
Suka-suka aku dong!” dan sederet kata-kata mutiara ketidakpedulian kita
terhadap lingkungan kita. Secara implisit kita mendukung akan terjadinya
bencana alam dan pencemaran di lingkungan kita.
Di sisi lain tentunya kita bangga memiliki tanah air yang subur dan kaya
akan sumber daya alam. Jika dikaji lebih dalam, sangat disayangkan karena
kebanggaan ini mengundang keprihatinan mendalam. Mengapa? Sebab kekayaan alam
dan kesuburan tanah tidak sebanding dengan tanggung-jawab yang kita miliki
sekarang ini. Kerusakan hutan dan lahan yang disebabkan oleh berbagai aktivitas
manusia seperti pertanian, perladangan, penebangan pohon secara ilegal dan
kebakaran hutan yang terus terjadi setiap tahun, mendatangkan ancaman yang
hebat bagi kita. Hutan dibabat dan ditebang guna menyokong berbagai barang komoditi
yang diolah dan dipasarkan termasuk kertas dan tissue.
Dengan demikian, luas kawasan hutan akan semakin menyusut dengan cepat
dan sangat mengkhawatirkan kalangan tertentu tanpa kita sadari. Pemanasan
global akan semakin meningkat. Apa yang akan terjadi? Bencana semakin
mengancam. Apakah kita akan berkata bahwa Tuhan tidak adil? Tidak mungkin!
Menurut Kisah Penciptaan, setiap kali Allah selesai menciptakan sesuatu, selalu
dikatakan bahwa Allah melihat semuanya itu “baik” adanya. Dalam Kitab Kejadian
Allah berkata kepada manusia…”Aku memberikan kepadamu segala tumbuhan yang
berbiji di seluruh dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan
menjadi makananmu”. Tampak secara jelas bahwa sejak awal Allah telah memberikan
kepercayaan dan kebebasan kepada manusia tak terkecuali kita juga untuk
menikmati, mengolah dan memelihara semua ciptaan Allah yang ada di bumi ini.
Namun kita yang salah menggunakan kepercayaan yang diberikan Allah kepada kita.
Oleh karena itu jika kita renungkan, penyebab utama kerusakan lingkungan adalah
dari kita sendiri yang membuatnya, dan apa yang kita perbuat adalah untuk
kepentingan kita sendiri, dan jika apa yang kita perbuat melampaui batas
kewajaran, maka akan mendatangkan bencana bagi kita sendiri.
Penulis: Werenfridus Taseseb