Bahan:
Kitab
Keluaran Bab 15-17
I. Pengantar
Dalam
Kitab Suci Perjanjian Lama dikisahkan tentang perjalanan bangsa Israel dari
Mesir ke Kanaan yang merupakan Tanah Terjanji yang dikenal hingga kini.
Perjalanan ini memakan waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan bangsa Israel banyak
tantangan dan hambatan yang dihadapi namun berkat bantuan dan bimbingan Tuhan
merekapun sampai pada tempat yang ditunjukkan Tuhan bagi mereka. Adapun
tempat-tempat penting pada masa itu yang perlu diperhatikan dan dilihat sebagai
tempat-tempat yang bersejarah. Di bawah ini, hanya beberapa tempat penting dalam
Kitab Keluaran bab 15-17 yang kami jelaskan.
II.
Nama beberapa tempat dalam Kel. 15-17
2.1 Laut Teberau (Laut Merah)
Dalam geografi moderen Laut Teberau adalah laut yang memisahkan Afrika-Timur
Laut dari Arabia yang membentang kira-kira 1.900 Km dari selat Bab el-Manded
dekat aden ke utara sampai pada ujung
selatan Jazirah Sinai. Kira-kira 300 Km lagi, ke arah teluk Suez dan teluk
Akaba yang menyambung laut itu ke utara pada tepi barat dan timur Jazirah
Sinai. Pada zaman purba klasik disebut dengan nama Laut Merah (erythra
thalassa) yang meliputi juga Laut Arab dan Laut India sampai pada pantai barat laut
India.[1]
Nama Laut Merah
disebabkan oleh batu-batuan merah yang berada di sekitar daerah yang berbatasan
dengan laut ini. Dalam Perjanjian Lama disebut dengan istilah yamsuf ,
Laut Teberau, (atau rumput-rumputan) yang dipakai untuk mencakupi daerah Danau
Pahit di Delta Mesir di sebelah utara Suez sepanjang garis terusan Suez
sekarang. Teluk Suez dan teluk Akaba mungkin juga merupakan Laut Teberau atau
Laut Merah yang sebenarnya.
Dalam Kitab Suci
dilukiskan tentang Laut Teberau atau Laut Merah khususnya dalam Kitab Keluaran
14:15-30, yang diceriterakan secara mujizat melalui perantaraan Musa, Allah
membelah Laut Merah Atau Laut Teberau sehingga orang Israel berjalan melalui
tanah yang kering dan di tempat ini pula bala tentara Mesir ditenggelamkan oleh
Allah bersama kuda dan kereta mereka.[2]
Nama orang Filistin diambil dari nama
suatu tempat yang ada di tanah Palestina. Namun, masih belum ada keterangan
yang jelas mengenai arti nama itu. Asal-usul mereka berasal dari Russia Selatan
dan mereka juga dijuluki sebagai bangsa Pelaut. Dalam pengembaraan mereka
mula-mula bergerak menuju Asia Kecil sebelah tenggara. Sekitar tahun 1180 SM
mereka dikalahkan oleh Ramses III. Kemudian mereka mulai mendiami daerah datar wilayah pantai
barat bagian selatan Palestina yang terdiri dari lima kota yakni: Ekron,
Ashdod, Askelon, Gaza, dan Gat.
Menjelang
akhir zaman para hakim mereka mengalahkan bangsa Israel dan menghancurkan
kerajaan Saul (1Sam 4:1-12; 13;
14;1-31). Ketika zaman Daud, Ia
berhasil membatasi pergerakan orang Filistin di pusat daerah mereka. Pada akhir
abad kedelapan selangkah-demi selangkah mereka kehilangan kemerdekaan mereka
terlebih pada tahun 333 s.M Iskandar Agung mengepung Gaza. Mengenai kebudayaan mereka terkenal
dengan golok, tombak dan perisai bulat termasuk perlengkapan perang, mereka
juga sangat membenci orang Yahudi.
Daerah
ini terbentang dari Wadi Zered sampai ke teluk Akaba kira-kira 160 km, luasnya
kearah kedua sisi Araba atau Padang Gurun Edom (2 Raj 3:8,20). Daerah ini
terdapat lembah yang luas yang menghubungkan
Laut Mati dengan Laut Merah (Kej 14:6: Ul 2:1,12; Yos:15:1; Hak 11:17-18 ; 1Raj
9:26). Daerah ini berbukit-bukit Ebga puncaknya mencapai ketinggian hingga
1.607 m. kendatipun daerah ini bukan termasuk daerah yang subur, tetapi ada
juga lahan yang baik untuk dijadikan sebagai lahan pertanian (Bil 20:17,19).
Pada zaman Akitab jalan
raya raja dibangun melalui dataran-dataran tinggi di bagian timur (Bil
20:14-18). Sela merupakan ibu kota Edom yang berada di dataran tinggi keci
dekat Petra (*Sela). Tanah
Edom juga merupakam tempat tinggal dari suku Esau (Kej 36:1-17).
Sebuah suku yang masih mempunyai hubungan darah dengan
suku-suku Israel (bdk. Kej 19:30-37). Nama ini berasal dari Moab(Mo”av) putra
Lot hasil perkawinan sumbangnya dengan putri kandungnya yang tertua (Kej
19:37). Baik keturunannya maupun negeri itu dikenal dengan Moab dan bangsanya
juga disebut Moab. Pada mulanya mereka adalah sebuah suku pengembara. Sekitar
abad 13 sebelum Masehi mereka menetep di daerah sebelah timur sungai Yordan,
pada dataran tinggi yang subur antara Laut Mati, padang gurun Siro-Arab, dan
sungai Aman (bdk: 1sam 22:3-4; Rut 1:1-2). Selama beberapa waktu mereka
mengadakan perluasan wilayah ke sebelah utara Arnon (Bil 21:26-30;32) atau ke
barat sampai ke Yeriko (Hak 3:12-30).
Pada zaman pra-keluaran, Moab telah dihuni dan terdiri
dari beberapa desa sampai kira-kira tahun 185 s.M. Moab
merupakan sebuah kerajaan yang terorganisir secara rapi, memiliki lahan
pertanian dan peternakan yang baik. Memiliki bangunan yang indah, keramik yang
khas dan pertahanan militer yang kuat berupa benteng-benteng kecil yang
dibangun secara strategis di sekeliling perbatsannya. Ketika jumlah orang
Moab melebihi daya tampung wilayah dataran tinggi milik mereka, akhirnya mereka
berperang untuk menduduki daerah-daerah sebelah utara Arnon dan menghancurkan
penduduk aslinya (UL 2:10-11,19-21; bdk Kej 14:5). Daerah ini lalu dibagi
dengan saudara dekatnya orang Amon.
Tetapi
menjelang keluaran, tanah-tanah di sebelah utara Arnon direbut oleh Sihon raja
orang Amori. Ketika dalam perjalanan menuju Tanah Kanaan bangsa Israel meminta izin agar diperbolehkan berjalan
melalui jalan raya kota ini (Ul 2:27), namun Moab
menolak (Hak 11:17). Pada zaman Saul kerap terjadi peperangan antara bangsa Israel dan orang Moab
(1Sam 8:12), tetapi mereka kemudian dikalahkan oleh bangsa Israel pada zaman Daud (2Raj
3:4-27).
Pada
abab 9 SM mereka mampu mengalahkan bangsa Israel dan menindas bangsa Israel
selama 18 tahun hal inilah yang menjadi alasan para nabi untuk mengadakan
ancaman hukuman melawan orang Moab (Yes 15; Yer 48; Yeh 25:8-11). Mereka juga menganut agama politeistis dengan dewa utama mereka
adalah Kemos. Beberapa waktu kemudian orang Moab dikalahkan oleh bangsa Asyur
dan akhirnya mereka digabungkan pada kerajan milik bangsa Nabati. Berdasarkan
alasan-alasan inilah yang membuat orang Moab dikucilkan dan tidak diperkenankan
menjadi anggota umat Israel.[6]
2.5 Tanah Kanaan
Kanaan merupakan
sebutan biblik bagi tanah “terjanji” yang dikalahkan atau direbut oleh bangsa
Israel. Tanah Kanaan terletak mulai dari pantai Siria sampai sekitar lembah
Yordan. Keterangan mengenai nama ini belum jelas, ada yang menyebutnya dengan
nama: Tanah yang rendah, tanah terbenamnya
matahari, tanah bulu domba yang merah yang dalam bahasa Akadis disebut Kinahu
dan dalam bahasa Yunani disebut Phoiniks atau yang disebut juga
tanah para pedagang. Sebutan orang-orang Kanaan kemudian diambil alih oleh
orang Israel untuk menyebutkan bangsa di situ tanpa adanya pembedaan (Kel 15:15;
Mzm 135:11; Zef 1:11). Meskipun demikian mereka tetap mengetahui adanya
perbedaan ethnologis ( Kel 3:8.17; 13:5; Hak:5). [7]
Di antara nama Mesir yang paling umum idalah: Kmt(kemyt)
yang artinya tanah atau negeri hitam yang merujuk pada tanah subur dan hitam. T’wy
(tawy) berarti: Tanah atau negeri kembar yang merujuk pada Lembah Mesir
Hulu dan Delta Mesir Hilir, dan T-Mr’I (To-meri) yang berarti Mesir dan
arti harafiahnya yang tepat belum pasti. Sedangkam dalam bahasa Yunani untuk
Mesir disebut: Mitsrayim.
Negeri
Mesir dalam arti politik sebagai negeri yang berbentuk persegi empat, yang
membentang dari Pantai Laut Tengah Afrika di utara sampai ke garis 22
derajat bujur timur(atau kira-kira 1000
Km dari utara Ke selatan), dan dari Laut Merah di sebelah timur sampai ke garis
25 derajat lintang timur di barat dengan luas kira-kira 868.950 Km persegi.
Tetapi dari keseluruhan daerah ini, 96% merupakan padang gurun dan hanya 4% tanah yang dapat
dibudidayakan. Dan 99% dari penduduk Mesir tinggal di daerah yang 4% ini.
Mesir
sebenarnya adalah tanah muara sungai Nil, yang dalam ungkapan Herodotus sering
disebut hadiah sungai Nil. Mesir terletak dilajur gurun pasir yang beriklim
sedang dengan hawa panas dan hampir tidak ada hujan. Maka, untuk air minum seluruh
masyarakat Mesir tergantung pada sungai Nil.
Menurut
sejarahnya Mesir terdiri dari lembah Nil yang sempit dan memanjang mulai dari
tempat pertama air jatuh di Aswan (bukan dari yang kedua seperti sekarang ini),
hingga daerah Menfis atau Kairo, ditambah dengan daerah segi tiga yang luas dan
datar berdasarkan alasan inilah sehingga disebut Delta yang membentang
dari Kairo ke laut. Perbedaan
kedua daerah ini sangat berpengaruh bagi bangsa Mesir baik dari segi
historisitas maupun lembaga-lembaga hidup dalam bangsa Mesir itu sendiri.
Pada
zaman prasejarah, kerajaan Mesir Hulu dan kerajaan Mesir Hilir bersatu dalam
satu kekuasaan satu orang raja. Pada permulaan sejarah orang Mesir sangat
memegang teguh garis keturunan bedasarkan sifat kembar dari kerajaan itu
sebagai gelar yang dipakai oleh masing-masing firaun yakni raja Mesir Hulu dan
raja Mesir Hilir. Dari segi politik dan militer kerjaan mesir kuno sangat
lemah.
Lembah Nil sudah dihuni selama kira-kira enam
ratus tahun. Selama berabad-abad sebelumnya, sungai raksasa ini terus-menerus
membawa erosi dan lumpur dari hulunya yang kemudian bermuara di sebuah teluk
sehingga lautan yang ada di sekitar teluk ini menjadi penuh dengan tanah aluvium
yang membentuk Delta Nil. Sesudah perkembangan ini berakhir, dan setelah banyak
tanah Alvium diendapkan di Lembah Nil, kemudian para pemukim datang
untuk membersihkan rawa-rawa, mengolah tanah, membuat irigasi, dan mengeringkan
tanah sebagai tempat tinggal mereka.
Secara
geografis di sebelah barat Lembah Nil terbentang gurun pasir Sahara, sebuah
gurun yang datar,dan banyak terdapat
gundukan batu-batu besar dengan pasir yang dihembuskan oleh angin topan. Dan
sejajar dengan lembah Nil terdapat sederat oase yang airnya tawar yang
merupakan daerah-daerah lembah luas yang alami. Di daerah inilah tanah dapat
diolah dn pemukiman dapat didirikan karena adanya air artesis. Dekat ke
Lembah Nil, yang langsung berhubungan dengan lembah ini hanya melalui satu
jalur alami yakni daearah Lembah Fayum yang pada zaman kuno disebut daerah
Danau Muris.
Sejak
Dinasti XII dan seterusnya, daerah ini berperan sebagai tanah tempat
pengungsian bila air meluap dan tempat penyimpanan luapan air sungai Nil. Di
antara Lembah Nil dan Laut Meraah di sebelah timur terdapat gurun pasir Arab,
suatu pegunungan yang terpisah-pisah dan mengandung sedikit bahan mineral
seperti emas, baatu perhiasan, termasuk pualam putih, batu brek(k)i, dan batu
diorti (batu hijau). Di seberang Teluk Suez terbentanglah Jazirah Sianai yang
bergunung-gunung.
Dengan
demikian tanah Mesir terasing karena berada di tengah-tengah gurun-gurun yang
mengapitnya sehingga sangat mudah mengembangkan kebudayaan sendiri. Tetapi
serentak dengan itu, jalan masuk dari timur melalui Jazirah Sinai atau Laut
Merah dan wadi Hemamat, serta dari utara dan selatan melalui sungai Nil. Dan
melalui jalur inilah Mesir menerima kebudayaan dari luar (asing).
Tempatnya
belum dapat dipastikan. Beberapa ahli menganggap gunung-gunung berikut sebagai gunung
Sinai: Jebel Musa, Ras ets-tsaftsafeh, Jebel Serbal dan sebuah gunung dekat
al-Hrob. Tradisi yang cenderung menganggap gunung Sinai adalah Jebel Serbal,
dapat dijejaki sampai Eusebius abad 4, yang menyebut Jebel Musa hanya sampai
Yustinianus abad 6. Karena tidak ada padang gurun di kaki Jebel Serbal,
membuatnya tidak mungkin sebagai gunung perjanjian. Menurut pandangan A Musil, yang pernah diterima oleh
kalangan luas, mengatakan bahwa, gunung berapi dekat al-Hrob harus disamakan
dengan gunung Sinai, namun pada perjalaan selanjutnya pandangan ini tidak lagi
diterima oleh para ahli, karena dengan itu rute perjalanan Keluaran tak dapat
disusun kembali, dan pendapat itu tidak menafsirkan Kel 19 secara tepat.
Tetapi
tinggal hanya dua kemungkinan yakni: Jebel Musa dan Ras ets-tsaftsafeh.
Kedua gunung ini terletak pada punggung batu granit, yang memanjang kira-kira 4
km dari barat laut ke tenggara. Ras ets-tsaftsafeh sekitar 1.993 m terletak di bagian
utara, dan Jebel Musa sekitar 2.244 m di bagian selatan. Tradisi dan kebanyakan
ahli moderen menerima Jebel Musa sebagai gunung Sinai. Namun beberapa ahli lain
lebih memilih Ras ets-tsaftsafeh sebagai gunung perjanjian, karena pada kakinya
terdapat dataran luas yang bisa menampung jemaah Israel dalam jumlah besar (bdk
Kel 20:18’dan mereka berdiri jauh-jauh). Tetapi tradisi tentang Jebel Musa sudah begitu tua kira-kira 1500 tahun,
dan gunung batu granit yang ada di situ begitu mengagumkan sehingga mungkin
sekali itulah gunung Sinai. Dan tambahan lain lagi, beberapa tempat perhentian
pada jalan yang menuju ke gunung itu, mengarah kekesimpulan yang sama.
Dalam Perjanjian Lama gunung Sinai
disebut juga gunug Horeb. Sesudah melewati Mara dan Elim orang Israel sampai di
Sinai pada bulan ke-3 sesudah berangkat dari Mesir (Kel 19:1), dan berkemah di
dataran kaki gunung itu, dan dari situ puncak gunung dapat dilihat (Kel 19:16,
18, 20). Yahweh menampakkan diriNya kepada Musa di puncak gunung ini dan
memberikan Kesepuluh Hukum serta hukum-hukum lainnya. Perjanjian yang diadakan
Allah di situ dengan umat-Nya sangat penting dalam mengikat suku-suku itu
menjadi satu, dan menempa mereka menjadi satu umat yang mengabdi kepada satu
Allah. Walaupun keaslian berita ini ditolak oleh aliran modern tertentu, dari
Hak 5:5 diterangkan bahwa tradisi tentang Sinai termasuk bagian yang tua dari
kepercayaan orang Israel. Peranan gunung Sinai yang menonjol dalam Perjanjian
Lama dan tradisi yang kuat dihubungkan dengan gunung itu, sehingga memberikan
banyak bukti dalam menopang kebenaran sejarah dari berita ini (*KELUARAN,
PERISTIWA).
Secara terminologi kata
Neilos berasal bahasa Yunani dan kata Nilus berasal dari bahasa
Latin, yang keduanya beraarti Nil atau Nile namun nama ini belum
pasti. Dalam Perjanjian Lama, ada sedikit kekecualian kata Ibrani yakni ye'or,
yang berarti: sungai, aliran, terusan, dan selalu dipakai, bila sungai Nil
Mesir yang dimaksud. Kata Ibrani ini sendiri langsung berasal dari kata Mesir itrw
dalam bentuk i'r (w) yang mulai berlaku dari Wangsa kedelapanbelas dan
selanjutnya, yang berarti: sungai Nil, aliran, terusan, yaitu sungai Nil dengan
cabang-cabangnya dan terusan-terusan tambahannya.
Hanya satu kali kata nahar yang
berarti “sungai” digunakan untuk Nil sebagai sungai Mesir yang sejajar dengan sungai
Efrat, yakni negeri yang dijanjikan kepada Israel yang terletak di antara
perbatasan yang lebar itu (Kej 15:18). Nakhal, 'wadi' jelas tidak pernah
dipakai untuk Nil, melainkan untuk Wadi el-'Arish atau 'sungai Mesir'.
sedangkan Sihor adalah ujung timur Delta Nil. Muasal Sungai Nil adalah gabungan
dari beberapa sungai, di antaranya Kagera yang bermuara di Danau Victoria,
Tanzania, dan dari danau ini mengalir sungai ke arah utara, melalui Danau
Albert Nyanza dan rawa-rawa Sud yang luas di Sudan selatan, yang menjadi Nil
Putih. Di Khartoum Nil Putih bergabung dengan Nil Biru yang berasal dari Danau Tana yang terletak di pegunungan
Etiopia (Abyssinia), gabungan kedua sungai inilah kemudian menjadi sungai Nil.
Setelah bergabung lagi dengan sungai
Atbara kira-kira 320 km di timur laut Khartoum, sungai Nil mengalir kira-kira
2.700 km melalui Sudan dan Mesir ke arah utara ke Laut Tengah tanpa ada anak
sungai lain yang bergabung dengannya. Panjang sungai Nil mulai dari Danau
Victoria sampai Laut Tengah kira-kira
5.600 km. Antara Khartoum dan Aswan ada enam 'bendul' (penghalang) dari
batu-batu granit keras yg dilalui sungai itu, dan yang membentuk enam air
terjun curam yang menghalangi pelayaran pada bagian-bagian yang curam itu. Di
pedalaman antara Nubia dan Mesir Atas, sungai Nil mengalir melalui lembah
sempit.
Di wilayah Mesir, lebar lembah
itu tidak pernah lebih dari 20 km dan sering lebih sempit lagi,dan dikelilingi
oleh bukit-bukit atau jurang-jurang karang terjal, yang di luarnya membentang
gurun-gurun batu ke arah timur dan barat. Kira-kira 20 km di utara Kairo, sungai
Nil terbagi dua cabang utama dan bermuara di laut di Rosetta di bagian barat
dan di Damietta di bagian timur. Di antara dan di luar kedua aliran sungai ini
terbentang tanah datar dan rawa Delta Mesir. Pada masa firaun-firaun Mesir
nampaknya terdiri dari tiga bagian utama Delta Nil yang cukup terkenal yakni:
Sungai Barat, Cabang Kanopik, 'Sungai Besar'- mungkin cabang Damietta sekarang;
'Air Re, Cabang Timur atau Cabang Pelusiak yang disebut Ibrani Sihor. Di samping
itu ada juga cabang-cabang, aliran-aliran, dan ranting-rantingnya. Para ahli
bumi Yunani memperkirakan terdapat lima sampai tujuh cabang dan muara Nil.
Cirikhas sungai Nil yang palig
luar biasa adalah luapan banjir yang melampaui tebing-tebingnya dan menggenangi
daerah di sekitarnya. Pada musim semi dan permulaan musim panas di Etiopia dan
Sudan selatan terjadi hujan yang lebat sehingga cairan salju dari dataran
tinggi mengubah Nil Atas teristimewa Nil Biru meluap deras dan menghanyutkan
tanah halus yang berwarna kemerah-merahan dalam jumlah yang besar dan mengendap
dikedua bidang tanah pada kedua sisi sungai yang dilanda banjir yakni di Mesir
dan di Nubia. Luapan air bercampur lumpur itu, biasanya ditampung di
lembah-lembah yang di buat menjadi bendungan-bendungan yang kemudian dialirkan
kembali ketika aliran Nil surut. Begitu suburnya tanah yang digenangi oleh
luapan air sungai Nil sehingga pertanian Mesir secara keseluruhan tergantung
pada luapan air sungai Nil.
III. Penutup
Tempat-tempat penting di atas
merupakan tempat-tempat yang sangat berpengeruh dalam dunia Kitab Suci
Perjanjian Lama. Pada zaman sekarang, tempat-tempat tersebut mungkin dilihat
sebagai sesuatu yang sangat biasa. Hal ini dapat membuat orang keliru dalam
memahami dan menafsirkan Kitab Suci.
Sebagai seseorang yang belajar
Kitab Suci, kita perlu tahu tentang tempat-tempat tertentu yang sangat berhubungan
dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dan ini akan
sangat menolong kita dalam mamahami dan menafsifkan Kitab Suci. Maka betapa
pentingnya belajar sejarah Kitab Suci tetapi perlu diingat bahwa Kitab Suci
adalah buku iman bukan kitab atau buku sejarah.
Dengan demikian, dengan mengenal
dan memahami tempat-tempat penting dalam sejarah Kitab Suci, dapat membantu
kita untuk memahami perjalanan Musa dan bangsa Israel menuju Tanah Terjanji.
Ini merupakan suatu sejarah penting dalam Kitab Suci yang telah mengisahkan
perjalanan bangsa Israel sebagai bangsa terpilih, dan layak menempati serta
mendiami tanah yang diberikan Allah kepada leluhur mereka Abraham.
[1] H. A. Oppusunggu (ed.), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I (Judul asli: The New Bible dictionary),
diterjemahkan oleh R. Soedarmo (ed.), ([tanpa tempat terbit], Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF: 1995), hlm. 635.
[2] Herbert Haag. Kamus Akitab. (Judul asli: Biblisches Worterburch), diterjemahkan
oleh Lembaga Biblika
Idonesia
(Ende-Flores: Nusa Indah, 1995), hlm. 243.
[5] H. A. Oppusunggu (ed.), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II (Judul asli: The New Bible dictionary),
diterjemahkan oleh R. Soedarmo (ed.), ([tanpa
tempat terbit], Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF:
1995), hlm. 92-93.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar